Petrus Paty
Kamis, 17 September 2020
Minggu, 19 Januari 2020
Sabtu, 11 Januari 2020
Kamis, 26 Desember 2019
Puisi Ibu
Ibu
Tak pernah kulalui
Sedetikpun tanpa cintamu
Kasih sayangmu
Temani aku setiap saat
Belaianmu
Selalu mampu
Tenangkan jiwaku
Ibu...
Entah berapa banyak
Peluh dan air mata
Kau teteskan
Demi diriku
Namun,kau tak pernah mengeluh
Merawatku dengan kasih
Ibu
Aku tahu
Sejauh apapun
Aku melangkah
Yang kurindukan ialah
Pelukan hangatmu
Ibu
Kini aku beranjak dewasa
Kadangkala pilihan kita
Tak lagi sejalan
Hingga tak sadar
Aku menyakitimu
Ibu
Aku tahu
Kau selalu menyebutku
Dalam doamu
Segala bahagiamu adalah jawaban Tuhan
Atas pintamu
Ibu
Tahukah engkau akan
Cita-cita terbesarku?
Aku ingin membuatmu tersenyum
Aku ingin bahagiakanmu
Ibu
Lenganmu yang rapuh
Masih saja gigi
Menepis gerimis
Yang menyapa
Wajah kalbumu
Sedang
Aku cuma bisa
Terpaku menggigil menyaksikan
Dan mencoba meraba perih
Yang kau derita
Ibu
Maafkan amarahku
Maafkan keegoisanku
Maafkan kenakalanku
Maafkan aku atas air matamu
Ibu
Engkau cahaya penerang
Dalam hidupku
Jika engkau bertanya
Pada siapa pahlawanku
Pastilah engkau
Ibu jawabanku
Namun kini kau telah
Sudah tiada lagi
Oleh: Petrus Pati
Tak pernah kulalui
Sedetikpun tanpa cintamu
Kasih sayangmu
Temani aku setiap saat
Belaianmu
Selalu mampu
Tenangkan jiwaku
Ibu...
Entah berapa banyak
Peluh dan air mata
Kau teteskan
Demi diriku
Namun,kau tak pernah mengeluh
Merawatku dengan kasih
Ibu
Aku tahu
Sejauh apapun
Aku melangkah
Yang kurindukan ialah
Pelukan hangatmu
Ibu
Kini aku beranjak dewasa
Kadangkala pilihan kita
Tak lagi sejalan
Hingga tak sadar
Aku menyakitimu
Ibu
Aku tahu
Kau selalu menyebutku
Dalam doamu
Segala bahagiamu adalah jawaban Tuhan
Atas pintamu
Ibu
Tahukah engkau akan
Cita-cita terbesarku?
Aku ingin membuatmu tersenyum
Aku ingin bahagiakanmu
Ibu
Lenganmu yang rapuh
Masih saja gigi
Menepis gerimis
Yang menyapa
Wajah kalbumu
Sedang
Aku cuma bisa
Terpaku menggigil menyaksikan
Dan mencoba meraba perih
Yang kau derita
Ibu
Maafkan amarahku
Maafkan keegoisanku
Maafkan kenakalanku
Maafkan aku atas air matamu
Ibu
Engkau cahaya penerang
Dalam hidupku
Jika engkau bertanya
Pada siapa pahlawanku
Pastilah engkau
Ibu jawabanku
Namun kini kau telah
Sudah tiada lagi
Oleh: Petrus Pati
Rabu, 27 November 2019
Puisi
Akar Langit
Hidup di atas akar
Seolah diperbudak oleh Orator
Menjelmah ibarat akar langit
Tak tahu dimana riang tiang langit gemuruh
Seolah diperbudak oleh Orator
Menjelmah ibarat akar langit
Tak tahu dimana riang tiang langit gemuruh
Titik akar secercah bercak
Tak logis langit berkomentar
Tentang drama akar langit
Seketika menyaksikan darah dan air mata akar langit
Tak logis langit berkomentar
Tentang drama akar langit
Seketika menyaksikan darah dan air mata akar langit
Kini sinar bias merambat daun
Tak tembus akar langit
Yang lagi menonton jarak bias
Ternyata konotasi belaka.
Tak tembus akar langit
Yang lagi menonton jarak bias
Ternyata konotasi belaka.
Makassar, 15/11/2019
#NP.
#NP.
Selasa, 26 November 2019
Puisi
Kopi Kehidupan
Biang kerok gula kehidupan
Mewarnai kopi kehidupan
Lunglai kopi kehidupan
Tak dapat dibendung oleh napas kehidupan
Drakula menampar gula
Tergeletak dalam kopi kehidupan
Membias dalam rasa asa kehidupan
Menembus ide di ruang asa
Sambaran gula menggila
Menatap kerasnya kehidupan
Menunggu asa kembali berbisa
Menoreh harapan asa dalam ide.
Makassar, 27/11/2019
#NP.
Biang kerok gula kehidupan
Mewarnai kopi kehidupan
Lunglai kopi kehidupan
Tak dapat dibendung oleh napas kehidupan
Drakula menampar gula
Tergeletak dalam kopi kehidupan
Membias dalam rasa asa kehidupan
Menembus ide di ruang asa
Sambaran gula menggila
Menatap kerasnya kehidupan
Menunggu asa kembali berbisa
Menoreh harapan asa dalam ide.
Makassar, 27/11/2019
#NP.
Langganan:
Postingan (Atom)